Dalam Wikipedia, desain instruksional
(juga disebut Instruksional Desain Sistem (ISD)) adalah praktek menciptakan
“pengalaman pembelajaran yang membuat perolehan pengetahuan dan keterampilan
yang lebih efisien, efektif, dan menarik”. Proses ini berisi penentuan status
awal dan kebutuhan peserta didik, perumusan tujuan pembelajaran, dan merancang
“intervensi” untuk membantu terjadinya belajar.
Menurut para ahli desain pembelajaran
diartikan sebagai berikut :
a. Smith and Ragan
Desain pembelajaran merupakan prinsip-prinsip
penerjemahan dari pembelajaran dan instruksi ke dalam rencana-rencana untuk
bahan-bahan dan aktivitas-aktivitas instruksional.
b. Gentry
Mengatakan bahwa model disain pembelajaran adalah
suatu representatif gafik tentang suatu pendekatan sistem, yang dirancang untuk
memfasilitasi pengembangan yang efektif dan efisien dari pembelajaran.
c. Prof. Atwi Suparman
Desain pembelajaran dapat dimaknai dari berbagai
sudut pandang, misalnya sebagai disiplin, sebagai ilmu, sebagai sistem, dan
sebagai proses.
1)
Sebagai
disiplin, desain pembelajaran membahas berbagai penelitian dan teori tentang
strategi serta proses pengembangan pembelajaran dan pelaksanaannya.
2) Sebagai ilmu, desain pembelajaran
merupakan ilmu untuk menciptakan spesifikasi pengembangan, pelaksanaan,
penilaian, serta pengelolaan situasi yang memberikan fasilitas pelayanan
pembelajaran dalam skala makro dan mikro untuk berbagai mata pelajaran pada
berbagai tingkatan kompleksitas.
3) Sebagai sistem, desain pembelajaran
merupakan pengembangan sistem pembelajaran dan sistem pelaksanaannya termasuk
sarana serta prosedur untuk meningkatkan mutu belajar.
4) Sebagai proses, merupakan pengembangan sistematis
tentang spesifikasi pembelajaran dengan menggunakan teori pembelajaran dan
teori belajar untuk menjamin mutu pembelajaran.
d. Syaiful
Sagala
Desain
pembelajaran merupakan proses keseluruhan tentang kebutuhan dan tujuan belajar
serta sistem penyampaiannya.
Berdasarkan
pengertian para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa desain pembelajaran
merupakan rancangan atas proses pembelajaran berdasarkan kebutuhan dan tujuan
belajar serta sistem penyampaiannya sehingga menjadi acuan dalam pelaksanaannya
untuk menciptakan pembelajaran yang efektif.
Fungsi atau kegunaan desain
pembelajaran adalah :
a. Sebagai
acuan atau pedoman dalam pelaksanaan pembelajaran.
Sekecil apapun bentuk dan jenis suatu
pekerjaan, mestilah didahului oleh rancangan atau planning. Semakin
matang rencana yang dipersiapkan maka akan semakin bagus pula usaha itu
dilaksanakan karena rencana yang sudah disusun akan dijadikan acuan ataupun patokan
ketika pelaksanaan usaha tersebut. Begitu pula dengan pembelajaran, jika
seorang guru mendesain pembelajaran yang akan dilaksanakan itu dengan baik,
maka dalam pelaksanaan juga akan baik dan dapat meminimalisir kendala-kendala
yang mungkin akan terjadi disaat pembelajaran berlangsung.
b. Menjadikan
guru lebih siap dan percaya diri dalam menjalankan tugas mengajar.
Percaya diri itu akan sempurna disaat
seseorang itu memiliki kesiapan untuk melakukan sesuatu. Sebagai seorang guru
persiapan atau desain itu juga berfungsi menjadikan guru itu siap untuk
melaksanakan tugasnya sebagai pengajar karena desain yang disusun oleh guru
adalah sebuah indikator jika guru tersebut telah menguasai bahan yang akan
disuguhkan dihadapan peserta didik.
c. Meningkatkan
kemampuan guru
Dengan adanya desain bagi seorang
guru, akan dapat meningkatkan kemampuan guru dalam mengajar dan akhirnya akan
menjadikan pembelajaran lebih berkualitas dan bermakna bagi peserta didik.
Menurut Mardia
Hayati urgensi dan peran desain pembelajaran dalam suksesnya proses belajar
mengajar, antara lain :
a. Agar
belajar dapat bermakna dan efektif
b. Agar
tersedia atau termanfaatkan sumber belajar
c. Agar dapat dikembangkan kesempatan atau pola
belajar
d. Agar
belajar dapat dilakukan siapa saja secara berkelanjutan.
Sedangkan menurut
Morrison, Ross, dan Kemp, tujuan dari desain pembelajaran yaitu membuat
pembelajaran lebih efektif dan efisien dan mengurangi tingkat kesulitan
pembelajaran.
Pembelajaran
merupakan suatu sistem intruksional mengacu kepada pengertian sebagai perangkat
komponen yang saling bergantung satu sama lain untuk mencapai tujuan. Selaku
suatu sistem belajar mengajar meliputi sejumlah komponen diantaranya :
a. Tujuan
pembelajaran
b. Bahan ajar
c. Siswa
yang menerima pelayanan belajar
d. Guru
e. Metode
dan pendekatan
f. Situasi
g. Evaluasi
kemajuan belajar.
Agar tujuan itu
dapat tercapai semua komponen yang ada harus diorganisasikan dengan baik
sehingga sesama komponen itu terjadi kerjasama. Karena itu guru tidak boleh
hanya memperhatikan komponen-komponen tertentu saja misalnya metode, bahan dan
evaluasi saja, tetapi ia harus mempertimbangkan komponen secara keseluruhan.
Berbagai persoalan yang biasa dihadapi guru antara lain adalah:
a.
Tujuan-tujuan apa yang ingin dicapai
b.
Materi pelajaran apa yang perlu diberikan
c.
Metode alat mana yang harus dipakai
d.
Prosedur apa yang akan ditempuh untuk melakukan
evaluasi.
Secara khusus dalam proses belajar mengajar
guru berperan sebagai pengajar, pembimbing, perantara sekolah dengan
masyarakat, administrator dan lain-lain. Untuk itu wajar bila guru memahami
dengan segenap aspek pribadi anak didik seperti:
1)
Kecerdasan dan bakat khusus;
2)
Prestasi sejak permulaan sekolah
3)
Perkembangan jasmani dan kesehatan
4)
Kecenderungan emosi dan karakternya
5)
Sikap dan minat belajar
6)
Cita-cita
7)
Kebiasaan
belajar dan bekerja; hobi dan penggunaan waktu senggang
8)
Hubungan
sosial disekolah dan dirumah
9)
Latar belakang keluarga
10) Lingkungan
tempat tinggal
11) Sifat-sifat
khusus dan kesulitan belajar anak didik.
Ada berbagai
model desain pembelajaran dengan menggunakan pendekatan-pendekatan tertentu.
Beberapa model-model desain pembelajaran tersebut adalah :
1. Model
Dick and Carey
Dikembangkan oleh Walter Dick &
Lou Carey (1985). Model ini termasuk ke dalam model prosedural. Langkah–langkah
Desain Pembelajaran menurut Dick and Carey adalah :
1. Mengidentifikasikan
tujuan umum pembelajaran.
2. Melaksanakan
analisis pembelajaran
3. Mengidentifikasi
tingkah laku masukan dan karakteristik siswa
4. Merumuskan
tujuan performansi
5. Mengembangkan
butir–butir tes acuan patokan
6. Mengembangkan
strategi pembelajaran
7. Mengembangkan
dan memilih materi pembelajaran
8. Mendesain
dan melaksanakan evaluasi formatif
9. Merevisi
bahan pembelajaran
Menurut Prof. Atwi
Suparman (Rektor UT), model ini cocok untuk pembelajaran formal di sekolah dan
untuk sistem pembelajaran yang melibatkan komputer dalam proses pembelajaran.
Analisis tentang media dan metode tidak bersifat argumentatif guna mencapai
berbagai alternatif media. Dick and Carey mengambil sembilan tahapan dalam
merancang pembelajaran menjadi sebagai berikut:
2. Model
ASSURE
Model ASSURE merupakan suatu model
yang merupakan sebuah formulasi untuk Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) atau
disebut juga model berorientasi kelas. Menurut Heinich et al (2005) model ini
terdiri atas enam langkah kegiatan yaitu:
1.
Analisis Pelajar
Menurut Heinich et al (2005) jika
sebuah media pembelajaran akan digunakan secara baik dan disesuaikan dengan
ciri-ciri pelajar, isi dari pelajaran yang akan dibuatkan medianya, media dan
bahan pelajaran itu sendiri. Lebih lanjut Heinich, 2005 menyatakan sukar untuk
menganalisis semua ciri pelajar yang ada, namun ada tiga hal penting dapat
dilakukan untuk mengenal pelajar berdasarkan ciri-ciri umum, keterampilan umum,
keterampilan khusus dan gaya belajar.
2.
Menyatakan tujuan
Menyatakan tujuan adalah tahapan
ketika menentukan tujuan pembelajaran baik berdasarkan buku atau kurikulum.
Tujuan pembelajaran akan menginformasikan apakah yang sudah dipelajari anak
dari pengajaran yang dijalankan. Menyatakan tujuan harus difokuskan kepada
pengetahuan, kemahiran, dan sikap yang baru untuk dipelajari
3.
Pemilihan Metode, media dan bahan
Heinich et al. (2005) menyatakan ada
tiga hal penting dalam pemilihan metode, bahan dan media yaitu menentukan
metode yang sesuai dengan tugas pembelajaran, dilanjutkan dengan memilih media
yang sesuai untuk melaksanakan media yang dipilih, dan langkah terakhir adalah
memilih dan atau mendesain media yang telah ditentukan.
4.
Penggunaan Media dan bahan
Menurut Heinich et al (2005)
terdapat lima langkah bagi penggunaan media yang baik yaitu, preview bahan,
sediakan bahan, sedikan persekitaran, pelajar dan pengalaman pembelajaran
5.
Partisipasi Pelajar di dalam kelas
Sebelum pelajar dinilai secara
formal, pelajar perlu dilibatkan dalam aktivitas pembelajaran seperti
memecahkan masalah, simulasi, kuis atau presentasi.
6.
Penilaian dan Revisi
Sebuah media pembelajaran yang telah
siap perlu dinilai untuk menguji keberkesanan dan impak pembelajaran. Penilaian
yang dimaksud melibatkan beberaoa aspek diantaranya menilai pencapaian pelajar,
pembelajaran yang dihasilkan, memilih metode dan media, kualitas media,
penggunaan guru dan penggunaan pelajar.
3. Model
Gerlach & Elly
Model pembelajaran Gerlach dan Ely
merupakan suatu metode perencanaan pengajaran yang sistematis. Model ini
menjadi suatu garis pedoman atau suatu peta pembelajaran karena dalam model ini
diperlihatkan keseluruhan proses belajar mengajar yang baik, sekalipun tidak
menggambarkan secara rinci setiap komponennya. Dalam model ini juga
diperlihatkan hubungan antara elemen yang satu dengan yang lainnya serta
menyajikan suatu pola urutan yang dapat dikembangkan dalam suatu rencana untuk
mengajar. Model yang dikembangkan oleh Gerlach dan Ely (1971) dimaksudkan
sebagai pedoman perencanaan mengajar. Pengembangan sistem instruksional menurut
model ini melibatkan sepuluh unsur, rincian komponennya adalah sebagai berikut:
a. Merumuskan
tujuan pembelajaran (Specification of Object)
Tujuan harus bersifat jelas (tidak
abstrak dan tidak terlalu luas) dan operasional agar mudah diukur dan dinilai.
b. Menentukan
isi materi (Specification of Content)
Isi materi harus sesuai dengan
tujuan yang telah ditetapkan. Pemilihan materi haruslah spesifik agar lebih
mudah membatasi ruang lingkupnya dan lebih jelas dan mudah dibandingkan dan
dipisahkan dengan pokok bahasan lainnya.
c. Penilaian
kemampuan awal siswa (Assesment of Entering Bahaviors)
Kemampuan awal siswa ditentukan
dengan memberikan tes awal. Mengetahui kemampuan awal ini penting bagi pengajar
agar dapat memberikan dosis pelajaran yang tepat, tidak terlalu sukar dan tidak
terlalu mudah, tes awal dapat dilakukan dengan 2 cara Pretest dan mengumpulkan
data pribadi siswa.
d. Menentukan
strategi (Determination of Strategy)
Strategi pembelajaran merupakan
pendekatan yang dipakai pengajar dalam memanipulasi informasi, memilih
sumber-sumber dan menentukan tugas/evaluasi dalam kegiatan balajar mengajar.
Menurut gerlach & elly ada 2
bentuk pendekatan, yaitu:
1) Bentuk
Ekspository
2) Bentuk
Inquiry
e. Pengelompokkan
belajar (Organization of Groups) Beberapa pengelompokkan siswa
diantaranya;
1) Berdasarkan
jumlah siswa
2) Pengelompokkan
campuran
3) Gabungan
beberapa kelas
4) Sekolah dalam sekolah
5) Taman
kependidikan
f. Pembagian
waktu (Allocation of Time)
Rencana penggunaan waktu akan
berbeda berdasarkan pokok permasalahan, tujuan-tujuan yang dirumuskan, ruangan
yang tersedia, pola-pola administrasi serta kegunaan dan minat-minat para
siswa.
g. Menentukan
ruangan (Allocation of Space)
Ada tiga alternatif ruangan belajar
agar proses belajar mengajar dapat terkondisikan; 1) Ruangan-ruangan kelompok
besar
3) Ruangan-ruangan
elompok kecil
4) Ruangan
untuk belajar mandiri
h. Memilih
media (Allocation of Resources)
Gerlach & Elly membagi media
sebagai sumber belajar kedalam 5 kategori;
1) Manusia
dan benda nyata
2) Media
visual proyeksi
3) Media
audio
4) Media
cetak
5) Media
display
i.
Evaluasi hasil belajar (Evaluation of
Performance)
Semua kegiatan pembelajaran
dikatakan berhasil atau tidak setelah tingkah laku akhir belajar tersebut
dievaluasi. Dalam tahap evaluasi, yang dilihat bukan hanya hasil belajar siswa,
melainkan juga keseluruhan sistem pembelajaran.
j.
Menganalisi umpan balik (Analysis of Feed
Back)
Data dari analisis umpan balik yang
diperoleh dari evaluasi, tes maupun tanggapan-tanggapan tentang kegiatan
pembelajaran ini menentukan apakah sistem, metode maupun media yang dipakai
dalam pembelajaran tersebut sudah sesuai untuk tujuan yang dicapai atau masih
perlu untuk disempurnakan. Sehingga untuk kedepannya dapat diperbaiki agar
proses pembelajaran benar-benar berhasil.
Kelebihan model pembelajaran
Gerlach &Elly antara lain:
a. Sangat
teliti dalam merancang dan melaksanakan pembelajaran.
b. Cocok
digunakan untuk segala kalangan.
Adapun kekurangan model
pembelajaran Gerlach &Elly yaitu
a. Terlalu
panjangnya prosedur perancangan desain pembelajaran.
b. Tidak adanya tahapan pengenalan karakteristik
siswa.
4. Model
ADDIE
Model desain pembelajaran yang
menggunakan 5 tahap/ langkah sederhana dalam pengaplikasinnya. Desain
pembelajaran yang mudah dipelajari. Sesuai dengan namanya tahap/ langkah dalam
pembelajarannya yaitu Analysis, Desain, Development, Implementation, dan Evaluation.
Ada lima langkah yang dikemukakan dalam model ini sesuai dengan namanya, yaitu:
1) Analysis:
menganalisis kebutuhan untuk menentukan masalah dan solusi yang tepat dan
menentukan kompetensi siswa.
2) Design:
menentukan kompetensi khusus, metode, bahan ajar, dan pembelajaran.
3) Development:
memproduksi program dan bahan ajar yang akan digunakan dalam program
pembelajaran.
4) Implementation:
melaksanakan program pembelajaran dengan menerapkan desain atau spesifikasi
program pembelajaran.
5) Evaluation:
melakukan evaluasi program pembelajaran dan evaluasi hasil belajar.
5. Model
Degeng
Degeng (1997:13) mengemukakakan
delapan langkah disain pembelajaran yang berkonteks model elaborasi yaitu:
1) Analisis
tujuan dan karakteristik Bidang Studi
2) Analisis
sumber belajar (kendala)
3) Analisis
karakteristik si-belajar
4) Menetapkan
tujuan belajar dan isi pembelajaran
5) Menetapkan
strategi pengorganisasian isi pembelajaran
6) Menetapkan
strategi penyampaian isi pembelajaran
7) Menetapkan
strategi pengelolaan pembelajaran, dan
8) Pengembangan
prosedur pengukuran hasil pembelajaran.
Secara skematis kedelapan langkah
tersebut digambarkan sebagai berikut:
6.
Model PPSI
Model gabungan
dari perencanaan pengajaran versi Performance Based Teacher Education (PBET),
perencanaan pengajaran sistematika dan perencanaan pengajaran model Davis. Di
Indonesia dikembangkan menjadi PPSI (Prosedur Pengembangan Sistem
Instruksional). Istilah sistem instruksional dalam PPSI, mengandung pengertian
bahwa PPSI menggunakan pendekatan sistem, maka PPSI juga dapat disebut
menggunakan pendekatan yang berorientasikan pada tujuan. Model pengembangan
instruksional PPSI ini memiliki 5 langkah pokok, yaitu:
1. Perumusan
tujuan, terdiri dari:
Merumuskan tujuan instruksional
khusus (TIK), TIK ini harus memenuhi 4 kriteria yaitu:
a. Menggunakan
istilah operasional
b. Berbentuk
hasil belajar
c. Berbentuk
tingkah laku
d. Hanya
satu jenis tingkah laku
2. Pengembangan
alat evaluasi, meliputi:
a. Menentukan
jenis tes yang digunakan untuk menilai tercapai tidaknya tujuan
b. Merencanakan
pertanyaan (item) untuk menilai masing-masing tujuan
3. Kegiatan
belajar, meliputi:
a. Merumuskan
semua kemungkinan kegiatan belajar untuk mencapai tujuan
b. Menetapkan
kegiatan belajar yang tak perlu ditempuh
c. Menetapkan
kegiatan yang akan ditempuh
4. Pengembangan
program kegiatan, meliputi:
a. Merumuskan
materi pelajaran
b. Menerapkan
metode yang dipakai
c. Alat
pelajaran atau buku yang dipakai
d. Menyusun
jadwal
5. Pelaksanaan,
meliputi:
a. Mengadakan
pre tes
b. Menyampaikan
materi pelajaran
c. Mengadakan
pos tes
7. Model
Kemp
Menurut Kemp
(1977) pengembangan intruksional atau desain intruksional itu terdiri dari 8
langkah yaitu :
1.
Menentukan tujuan intruksional umum (TIU) atau
Standar Kompetensi.
2.
Menganalisis karakteristik peserta didik
3.
Menentukan TIK atau Kompetensi Dasar.
4.
Menentukan materi pelajaran
5.
Menetapkan penjajagan awal (pre test)
6.
Menentukan strategi belajar mengajar
7.
engkoordinasi sarana penunjang, yang meliputi
tenaga fasilitas, alat, waktu dan tenaga.
8.
Mengadakan evaluasi
8. Model
ISD (Instructional system design).
Rancangan sistem
pembelajaran merupakan prosedur terorganisir yang mencakup langkah-langkah
menganalisis, merancang, mengembangkan, melaksanakan dan menilai pembelajaran.
Langkah-langkah ini dalam setiap poses memiliki dasar yang terpisah dalam teori
maupun praktek seperti halnya pada proses ISD secara keseluruhan. Dalam
pengutaraannya yang lebih sederhana adalah sebagai berikut :
1. Menganalisis
adalah mengidentifikasi apa yang dipelajari.
2. Merancang
adalah menspesifikasi proses dan produk.
3. Mengembangkan
adalah memandu dan menghasilkan materi pembelajaran.
4. Melaksanakan
adalah menggunakan materi dan strategi dalam konteks.
5. Menilai
adalah menentukan kesesuaian pembelajaran.
9. Model
Pengembangan Instruksional (MPI)
Model
Pengembangan Instruksional (MPI) dalam Suparman (2001) dikemukakan ada delapan
langkah yaitu:
1. Mengidentifikasi
kebutuhan instruksional dan menulis tujuan instruksional umum;
2. Melakukan
analisis instruksional
3. Mengidentifikasi
perilaku dan karakteristik awal mahasiswa
4. Menulis
tujuan instruksional khusus;
5. Menulis
tes acuan patokan
6. Menyusun
strategi instruksional;
7. Mengembangkan
bahan instruksional dan
8. Mendisain
dan melaksanakan evaluasi formatif yang termasuk di dalamnya kegiatan merevisi
Desain
pembelajaran merupakan rancangan atas proses pembelajaran berdasarkan kebutuhan
dan tujuan belajar serta sistem penyampaiannya sehingga menjadi acuan dalam
pelaksanaannya untuk menciptakan pembelajaran yang efektif. Dengan tujuan
menciptakan pembelajaran yang efektif dan efisien dengan meminimalisir
kesukaran siswa dalam memahami pembelajaran. Model-model desain rencana
pembelajaran adalah model PPSI, model Kemp, model Gerlach & Elly, model
Dick & Carrey, model ASSURE, model ADDIE, dan model Hanafin and Peck.
Dalam model PPSI
pengajaran dipandang sebagai suatu sistem. Sub-sistem dari pengajaran,
diantaranya tujuan pembelajaran, bahan pelajaran, kegiatan pembelajaran,
alat-alat dan sumber pembelajaran dan evaluasi. Model kemp berorientasi pada
perancangan pembelajaran yang menyeluruh. Sehingga guru sekolah dasar dan
sekolah menengah, dosen perguruan tinggi, pelatih di bidang industry, serta
ahli media yang akan bekerja sebagai perancang pembelajaran. Model Gerlach
& Elly menjadi suatu garis pedoman atau suatu peta perjalanan pembelajaran
karena model ini memperlihatkan keseluruhan proses belajar mengajar yang baik,
sekalipun tidak menggambarkan secara rinci setiap komponennya.
Model Dick & Carrey
diciptakan selain cocok untuk pembelajaran formal di sekolah, juga untuk sistem
pembelajaran yang melibatkan komputer dalam proses pembelajaran. Model ASSURE
merupakan suatu model yang merupakan sebuah formulasi untuk Kegiatan Belajar
Mengajar (KBM) atau disebut juga model berorientasi kelas. Model ADDIE
menggunakan 5 tahap pengembangan yakni Analysis (analisa), Design
(disain /perancangan), Development (pengembangan), Implementation
(implementasi/eksekusi), Evaluation (evaluasi/ umpan
balik).
Setiap model
desain pembelajaran memiliki karakteristik tertentu, dalam pelaksanaannya
kondisi siswa, materi ajar dan situasi dan kondisi yang dihadapi dalam proses
pembelajaran menjadi indikator untuk memilih model yang sesuai.
Setiap upaya yang
baik akan sangat bermakna dengan perencanaan yang matang. Bukankah sebuah
kemunkaran yang terencana akan mengalahkan sebuah kebajikan yang tanpa
direncanakan ?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar